view on the street in luragung

view on the street in luragung

Rabu, 23 April 2014

Misteri Nenek Tua

cerpen ini dibuat karena terinspirasi dari mimpi saya tentang Negeri Diri Sendiri, tadinya sih mau tentang Negeri Diri Sendiri, tapi belum bisa menemukan pesan apa yang disampaikan jika saya mengambil tema tentang Negeri Diri Sendiri itu. karena cerpen tanpa ada sebuah pesan didalamnya rasanya itu kurang bermakna. Sehingga, saya memutuskan menulis cerpen ini, ada pesan moral yang disampaikan di dalamnya. mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya. 



MISTERI NENEK TUA
“Brugg..bruug..bruug..” suara pintu yang digedor dengan sekuat tenaga telah membangunkanku dari ketidaksadaran, entah dari tidur atau pingsan,  ”bruug..bruug..bruug..” suara itu semakin kencang terdengar. Dengan lemas ku membuka mata ternyata suara itu berasal dari lemari, dan aku paksakan tubuhku untuk bangun, walau rasanya tak sanggup bangkit, tapi rasa penasaranku memaksaku berjalan mendekati sumber suara tersebut. Lemas dan sempoyongan aku berjalan menuju sebuah lemari sumber suara itu berasal, dengan suara itu semakin keras mengebu-gebu. Setelah dekat aku merasa suara itu bukan berasal dari lemari itu, Dan ada sebuah pintu dibaliknya dan suara itu sepertinya berasal dari pintu itu, Namun suara itu membuatku takut untuk melihat lebih dekat lagi, suara itu seperti suara kemarahan.
Kuberanikan untuk mengintip dari lubang bilik yang ada diruangan itu. Yang ku lihat pertama diluar adalah rumput dan pepohonan, aku sangat kaget sekali karena ku lihat orang yang menggedor pintu itu adalah seorang nenek-nenek berambut putih, dengan baju jadul dan samping diikatkan dipinggangnya, yang terlihat sudah agak kumal. Aku semakin kaget ketika melihat ditangannya ada sebuah kapak yang ukurannya agak besar yang terus digunakan menggedor pintu. Mulutku terbuka tak menyangka dan badanku semakin lemas saja melihat apa yang sedang dilakukan nenek-nenek tersebut dengan pintu itu, rasanya aneh sekali seorang nenek-nenek menggedor pintu dengan kapak sekencang itu. Tidak ada sedikitpun pikiran positif dibenakku tentang apa yang sedang nenek itu lakukan, mulutnya terlihat tersenyum namun ada yang berbeda dari senyumnya, seperti senyum seolah-olah sesuatu yang diinginkan akan terjadi. Owh Tuhan siapa nenek-nenek itu dan dimana aku sekarang, kenapa aku tidak bisa mengingat ini semua.
Aku mencoba berpikir mengingat sesuatu namun tak bisa, tak ada sedikitpun memori yang muncul tentang ruangan dan keadaan ini, rasanya ingin sekali saat ini aku menangis dengan kencang, aku takut benar-benar takut sekali. Ingin aku berteriak minta tolong, namun aku tak sanggup, aku takut nenek-nenek itu akan mendengar. Apa yang harus aku lakukan aku bingung sekali. Diruangan yang gelap ini hanya ada sebuah lemari, sebuah meja dan sebuah ranjang reyot yang semakin mempersempit ruangan yang hanya sebesar kamar itu. “Bruug..bruug..bruug..” suara itu bukan berhenti tapi malah semakin menjadi-jadi, suaranya semakin menakutkan dan hanya beberapa menit lagi dapat membobol pintu tua yang terkunci dan terhalang lemari itu. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, apa yang akan nenek tua itu lakukan ketika berhasil menjebol pintu itu dengan kapaknya. Aku sungguh takut, tak ada jalan untuk keluar dari gubuk ini selain pintu itu, dan sudah tak ada waktu untuk mencari jalan untuk keluar.
Aku memutuskan untu bersembunyi dabawah ranjang itu dan dibawah ranjang itu bau nya anyir sekali. Benar saja dengan cepat pintu itu telah berhasil terbuka. Nenek itu lalu masuk ke dalam ruangan itu dengan cepat.
“ehehehe anak manis dimana kau berada, datanglah kepadaku?” sebuah kata pertama yang kudengar dari mulut nenek itu, sambil mengayun-ayunkan kapak yang ada ditangannya, kapak yang cukup besar dan ada darah kering menempel disana.
“haahh ada darah dikapaknya” ucapku dalam hati, aku seperti merasa hidupku akan berakhir, dan jantungku berhenti sejenak melihat ada darah kering dikapaknya, seluruh tubuhku ikut gemetar. Aku merasa lemas dan ingin pingsan, Tapi tidak, aku tak boleh pingsan, bagaimana kalo nenek itu menemukanku.
“tolooong…tolooong…please tolong aku” kata yang ingin aku ucapkan tapi tak mampu keluar dari mulutku ini, hati kecil ini sudah meronta-ronta menunggu datangnya pertolongan,
“Dimana semua orang, please hanya satu orang yang aku butuhkan, yahh satu orang saja tidak apa-apa untuk membawaku pergi dari tempat menyeramkan ini”
Nenek itu mendekat ke tempat persembunyianku, aku berharap dia tidak mengetahuinya. Namun dengan cepat saja dia menangkap salah satu kakiku dengan tiba-tiba
“tidakkk… tolooong… please tolong lepaskan aku, tolooong… tolooong” teriakku
“mau kemana kau anak manis, tenanglahh” kata nenek itu
Tanpa pikir panjang aku langsung menarik tangannya untuk melepaskan genggamannya dari kakikku, Tapi tidak bisa, genggaman nenek itu terlalu kuat untuk aku lepaskan, dan tubuhku terlalu lemas untuk menyerangnya. Dia menangkapku dan menyeretku ke atas meja. Lalu membaringkan tubuhku dan mengikatku
“tolong lepaskann aku, apa yang ingin kamu lakukan?” teriakku
“tenanglah manusia ini hanya sebentar” katanya
“hahh dia bilang manusia, apa nenek tua itu bukan manusia?” pikirku dalam hati
“siapa kamu? Dimana aku? Apa yang ingin kamu lakukan” teriakku lagi
“ehehehe..” nenek itu tertawa
“dasar kau anak manusia, banyak tanya sekali, emang aku tukang korupsi diintrogasi segalaaa, ehehehehe” katanya
“lepaskann lepaskan aku, apa salahku padamu?” kataku
“ehehehehe… lucu sekali” tertawanya semakin memekakan telinga
“Apa yang kamu inginkan?” kataku
“Aku menyukai anak manusia yang nakal” kata nenek itu
“kenapa?” lanjutku
“Diaam kau!!!” dia membentakku sambil menggebrak meja dengan kapaknya percis didekat kepalaku. Aku kaget dan langsung menutup mata.
Aku mulai memikirkan apa yang nenek tua itu bicarakan,
“dia memanggilku manusia, apakah dia bukan manusia? Apakah ia adalah setan? Atau ia hanya mempunyai sifat yang menyerupai setan? Apakah dia setan berwujud manusia itu?” semakin bertanya-tanya hatiku
“Sepertinya dia benar setan, sebaiknya aku membaca doa untuk mengusir setan itu, dia akan kepanasan, dan menjerit ketakutan” pikirku lagi dalam hati
Namun, aku teringat bahwa aku tak hafal banyak doa-doa. Yang aku hafal dengan lancar hanya doa sebelum makan dan sebelum tidur yang diajarkan orang tuaku ketika aku kecil, dan sekarang aku menjadi orang yang malas untuk menghafal doa dan surat-surat alquran. Sepertinya tidak mugkin jika aku membaca doa makan lalu menelan dan memakan setan nenek itu. Aku merasa menyesal karena malas mempelajari Alquran.
Lalu nenek tua itu berjalan ke sudut ruangan dan menyalakan lampu diruangan itu, Seketika ruangan itu pun menjadi terang. Aku kaget melihat didinding ruangan itu terdapat banyak cipratan darah yang kering, lantai dan meja tempat aku diikatpun penuh dengan darah kering
“tolooong…” teriakku merespon semua keadaan yang mengerikan ituu
Nenek tua itu pun berjalan kembali mendekatiku, dengan kapak yang tajam ditangannya
“ehehehe…” nenek tua itu tertawa sambil perlahan dan pasti mendekatiku, setelah didekatku dia mengangkat kapaknya ke atas tepat diatas kepalaku.
“tidaaaaakkk……” teriakku sambil menutup mata
“Dil..Dil..Dilaa bangun” seperti suara ibuku
Aku membuka mata ternyata benar itu adalah suara ibuku, membangunkanku dari mimpi burukku,
“Alhamdulillah ternyata cuman mimpi” kataku
Terdengar suara adzan subuh telah berkumandang
“hei setan nanti kita bertemu lagi dalam mimpi. Karena, nanti saya telah siap membuatmu menjerit ketakutan dengan iman saya yang kuat,hahaha” dalam hati Dila, sambil tersenyum dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

Pengarang : Neli Prastiani

 

2 komentar: