cerpen ini dibuat karena terinspirasi dari mimpi saya tentang Negeri Diri Sendiri, tadinya sih mau tentang Negeri Diri Sendiri, tapi belum bisa menemukan pesan apa yang disampaikan jika saya mengambil tema tentang Negeri Diri Sendiri itu. karena cerpen tanpa ada sebuah pesan didalamnya rasanya itu kurang bermakna. Sehingga, saya memutuskan menulis cerpen ini, ada pesan moral yang disampaikan di dalamnya. mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
MISTERI NENEK TUA
“Brugg..bruug..bruug..”
suara pintu yang digedor dengan sekuat tenaga telah membangunkanku dari
ketidaksadaran, entah dari tidur atau pingsan, ”bruug..bruug..bruug..” suara itu
semakin kencang terdengar. Dengan lemas ku membuka mata ternyata suara itu
berasal dari lemari, dan aku paksakan tubuhku untuk bangun, walau rasanya tak
sanggup bangkit, tapi rasa penasaranku memaksaku berjalan mendekati sumber
suara tersebut. Lemas dan sempoyongan aku berjalan menuju sebuah lemari sumber
suara itu berasal, dengan suara itu semakin keras mengebu-gebu. Setelah dekat
aku merasa suara itu bukan berasal dari lemari itu, Dan ada sebuah pintu
dibaliknya dan suara itu sepertinya berasal dari pintu itu, Namun suara itu
membuatku takut untuk melihat lebih dekat lagi, suara itu seperti suara
kemarahan.
Kuberanikan
untuk mengintip dari lubang bilik yang ada diruangan itu. Yang ku lihat pertama
diluar adalah rumput dan pepohonan, aku sangat kaget sekali karena ku lihat
orang yang menggedor pintu itu adalah seorang nenek-nenek berambut putih, dengan
baju jadul dan samping diikatkan dipinggangnya, yang terlihat sudah agak kumal.
Aku semakin kaget ketika melihat ditangannya ada sebuah kapak yang ukurannya
agak besar yang terus digunakan menggedor pintu. Mulutku terbuka tak menyangka dan
badanku semakin lemas saja melihat apa yang sedang dilakukan nenek-nenek
tersebut dengan pintu itu, rasanya aneh sekali seorang nenek-nenek menggedor
pintu dengan kapak sekencang itu. Tidak ada sedikitpun pikiran positif dibenakku
tentang apa yang sedang nenek itu lakukan, mulutnya terlihat tersenyum namun
ada yang berbeda dari senyumnya, seperti senyum seolah-olah sesuatu yang
diinginkan akan terjadi. Owh Tuhan siapa nenek-nenek itu dan dimana aku
sekarang, kenapa aku tidak bisa mengingat ini semua.
Aku
mencoba berpikir mengingat sesuatu namun tak bisa, tak ada sedikitpun memori
yang muncul tentang ruangan dan keadaan ini, rasanya ingin sekali saat ini aku
menangis dengan kencang, aku takut benar-benar takut sekali. Ingin aku
berteriak minta tolong, namun aku tak sanggup, aku takut nenek-nenek itu akan
mendengar. Apa yang harus aku lakukan aku bingung sekali. Diruangan yang gelap
ini hanya ada sebuah lemari, sebuah meja dan sebuah ranjang reyot yang semakin mempersempit
ruangan yang hanya sebesar kamar itu. “Bruug..bruug..bruug..” suara itu bukan
berhenti tapi malah semakin menjadi-jadi, suaranya semakin menakutkan dan hanya
beberapa menit lagi dapat membobol pintu tua yang terkunci dan terhalang lemari
itu. Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, apa yang akan nenek tua itu
lakukan ketika berhasil menjebol pintu itu dengan kapaknya. Aku sungguh takut,
tak ada jalan untuk keluar dari gubuk ini selain pintu itu, dan sudah tak ada
waktu untuk mencari jalan untuk keluar.
Aku
memutuskan untu bersembunyi dabawah ranjang itu dan dibawah ranjang itu bau nya
anyir sekali. Benar saja dengan cepat pintu itu telah berhasil terbuka. Nenek
itu lalu masuk ke dalam ruangan itu dengan cepat.
“ehehehe
anak manis dimana kau berada, datanglah kepadaku?” sebuah kata pertama yang
kudengar dari mulut nenek itu, sambil mengayun-ayunkan kapak yang ada
ditangannya, kapak yang cukup besar dan ada darah kering menempel disana.
“haahh
ada darah dikapaknya” ucapku dalam hati, aku seperti merasa hidupku akan
berakhir, dan jantungku berhenti sejenak melihat ada darah kering dikapaknya, seluruh
tubuhku ikut gemetar. Aku merasa lemas dan ingin pingsan, Tapi tidak, aku tak
boleh pingsan, bagaimana kalo nenek itu menemukanku.
“tolooong…tolooong…please
tolong aku” kata yang ingin aku ucapkan tapi tak mampu keluar dari mulutku ini,
hati kecil ini sudah meronta-ronta menunggu datangnya pertolongan,
“Dimana
semua orang, please hanya satu orang yang aku butuhkan, yahh satu orang saja
tidak apa-apa untuk membawaku pergi dari tempat menyeramkan ini”
Nenek
itu mendekat ke tempat persembunyianku, aku berharap dia tidak mengetahuinya.
Namun dengan cepat saja dia menangkap salah satu kakiku dengan tiba-tiba
“tidakkk…
tolooong… please tolong lepaskan aku, tolooong… tolooong” teriakku
“mau
kemana kau anak manis, tenanglahh” kata nenek itu
Tanpa
pikir panjang aku langsung menarik tangannya untuk melepaskan genggamannya dari
kakikku, Tapi tidak bisa, genggaman nenek itu terlalu kuat untuk aku lepaskan,
dan tubuhku terlalu lemas untuk menyerangnya. Dia menangkapku dan menyeretku ke
atas meja. Lalu membaringkan tubuhku dan mengikatku
“tolong
lepaskann aku, apa yang ingin kamu lakukan?” teriakku
“tenanglah
manusia ini hanya sebentar” katanya
“hahh
dia bilang manusia, apa nenek tua itu bukan manusia?” pikirku dalam hati
“siapa
kamu? Dimana aku? Apa yang ingin kamu lakukan” teriakku lagi
“ehehehe..”
nenek itu tertawa
“dasar
kau anak manusia, banyak tanya sekali, emang aku tukang korupsi diintrogasi
segalaaa, ehehehehe” katanya
“lepaskann
lepaskan aku, apa salahku padamu?” kataku
“ehehehehe…
lucu sekali” tertawanya semakin memekakan telinga
“Apa
yang kamu inginkan?” kataku
“Aku
menyukai anak manusia yang nakal” kata nenek itu
“kenapa?”
lanjutku
“Diaam
kau!!!” dia membentakku sambil menggebrak meja dengan kapaknya percis didekat
kepalaku. Aku kaget dan langsung menutup mata.
Aku
mulai memikirkan apa yang nenek tua itu bicarakan,
“dia
memanggilku manusia, apakah dia bukan manusia? Apakah ia adalah setan? Atau ia hanya
mempunyai sifat yang menyerupai setan? Apakah dia setan berwujud manusia itu?”
semakin bertanya-tanya hatiku
“Sepertinya
dia benar setan, sebaiknya aku membaca doa untuk mengusir setan itu, dia akan
kepanasan, dan menjerit ketakutan” pikirku lagi dalam hati
Namun,
aku teringat bahwa aku tak hafal banyak doa-doa. Yang aku hafal dengan lancar
hanya doa sebelum makan dan sebelum tidur yang diajarkan orang tuaku ketika aku
kecil, dan sekarang aku menjadi orang yang malas untuk menghafal doa dan
surat-surat alquran. Sepertinya tidak mugkin jika aku membaca doa makan lalu menelan
dan memakan setan nenek itu. Aku merasa menyesal karena malas mempelajari
Alquran.
Lalu
nenek tua itu berjalan ke sudut ruangan dan menyalakan lampu diruangan itu, Seketika
ruangan itu pun menjadi terang. Aku kaget melihat didinding ruangan itu
terdapat banyak cipratan darah yang kering, lantai dan meja tempat aku
diikatpun penuh dengan darah kering
“tolooong…”
teriakku merespon semua keadaan yang mengerikan ituu
Nenek
tua itu pun berjalan kembali mendekatiku, dengan kapak yang tajam ditangannya
“ehehehe…”
nenek tua itu tertawa sambil perlahan dan pasti mendekatiku, setelah didekatku
dia mengangkat kapaknya ke atas tepat diatas kepalaku.
“tidaaaaakkk……”
teriakku sambil menutup mata
“Dil..Dil..Dilaa
bangun” seperti suara ibuku
Aku
membuka mata ternyata benar itu adalah suara ibuku, membangunkanku dari mimpi
burukku,
Terdengar
suara adzan subuh telah berkumandang
“hei
setan nanti kita bertemu lagi dalam mimpi. Karena, nanti saya telah siap membuatmu
menjerit ketakutan dengan iman saya yang kuat,hahaha” dalam hati Dila, sambil
tersenyum dan melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Pengarang : Neli Prastiani
Pengarang : Neli Prastiani